PEMBUKA (sehingga dalam kerajaan Allah; Malikul Mulk) “BI-AYYAMILLAH”
Membuka kesadaran diri pada “essensi”
Syukur’, yakni “ta’dzanna rabbukum; (Allah tidak menampak di permukaan
Bumi sehingga membuat wakil) untuk menyeru atas mengadanya
“Al-Ghaybullah” sebagai butiran iman, yang menyempurnakan dan menggenapi
perilaku dan perbuatan baiknya dan berdunianya supaya tidak dalam
kesia-siaan. Lahir berdunia dengan tatanan syareat (syara’a adalah
(bagai) air sungai yang mengalir menuju laut sebagai sumber kehidupan)
dan yang batin; hati nurani “ingat” dengan dzikrullah dalam keadaan apa
saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja dan bagaimana saja.
Penyeru (perihal) TuhanMu (untuk
ditunjukkan Keberadaan Al-GhaybNya). Membuka mengenai “DIA”
Al-Ghaybullah. “Dia, Yang menjadikan ‘pendengaran’, dan ‘penglihatan’
dan “Al-Afidah” (untuk menyimak, memperhatikan, mengamati, mencermati,
menelaah, dan adanya kecerdasan akal pikiran rasional menuju pembuktian
persaksian pada titik temu dua Dzat di dalam Hati nurani, yakni
kesadaran hakekat fitrah manusia yang asal fitrah manusia dari Fitrah
Allah sendiri dapatnya bersatu kembali dalam “persaksian” hakekat fitrah
kemanusiannya, sehingga dapat menghadapkan wajah hati nurani untuk
hadir kepada diri Dzatullah). Kesadaran atas KEFAQIRAN sebagai hamba,
maka akan sangat kuat kebutuhannya untuk menuju kepada Keberadaan Diri
Tuhannya (dalam persaksian yang sesungguhnya), sebab hanya jika dalam
kesadaran bersama dengan Ahadiyat Tuhan, maka hidup dan kehidupannya
didalam nilai dan makna penghambaan, dan hanya dengan memakrifatiNya,
maka mengenaliNya, maka mendzikiriNya, dan hanya dengan dzikr hati
menjadi tentram.(bukan dalam sekedar keyakinan tanpa bukti, juga bukan
kira-kira, prasangka, tafsir-tafsir dan kira-kira)
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١
Bersama (Dengan Dzat Al-GhaybNya) Yang
EmpuNya Nama Allah, (Dialah) Yang Maha luas SayangNya (meliputi bagi
semua makhlukNya dimuka Bumi) dan (Dialah) Yang Maha kekal KasihNya
(bagi hamba-hamba-Nya yang diKasihi).
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢
Hanya bagi-Nya segala bentuk pujian,
Tuhan semesta alam (Sang Pencipta, Sang Pemilik, Sang Kuasa, Sang
Pemilik Daya dan Kekuatan. Dan tempat Asal mula kejadian/ keberadaan dan
tempat Kembali segala sesuatu, Kemuliaan, Keagungan, Kekuasaan,
Kekuatan Kesucian, Mutlak Milik-Nya, sebab hamba adalah feqir tidak bisa
apa-apa dan tidak ada apa-apanya, tempatnya salah, tempatnya kurang dan
tempatnya dosa).
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤
(Nyata) DIA adalah Maha Kasih dan
(nyata) DIA Maha Sayang. Pemilik Kerajaan, Penguasa yaumiddin (hari
Addiin; kesadaran dalam kerajaan, kekuatan dan kekuasaan Allah;
kehidupan sehari-hari dalam kesadaran al-khudhu’ al-mutlak, apapun
bentuk aktifitas dan kegiatan yang dilakukan setiap saat setiap waktu;
(jika digurukan kepada Guru Yang Haq dan Sah dalam mata rantai silsilah
Gulowentah).
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥
Hanya kepada Engkau kami mengabdi
(beribadah, menyembah hingga hadir seyakinnya nyata dikenali
KeberadaanNya di dalam rasa hati), dan hanya kepada Engkau kami memohon
belas kasih dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan (dan semua
aktifitas kegiatan berdunia diniatkan, ditujukan dan ditekadkan untuk
pemrosesan diri kembali kepada Diri Dzatullah hingga sampai, hingga
selamat jika sewaktu-waktu masa pakai jasad habis),
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦
(selalu) Tunjuki kami jalan kembali
kepada-Mu jalan Shiratal Mustaqim (untuk dapatnya selalu istiqamah dan
tegaknya “ingatan” hati nurani kepada Keberadaan Engkau: yang Lahir
menjalankan tatanan syareat baik ritus ataupun ammah (semua sebagai satu
siklus kehidupan ber-addiin), dan yang pada batin didalam hati nurani
menjalankan hakekat yakni ingatnya Keberadaan Diri Dzatullah Yang
Al-Ghayb dalam hati nuraninya).
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
(itulah) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat (yaitu) orang-orang yang telah sampai dengan hati
selamat karena mengetahui pintu pulang kembali lagi kepada
(Keberadaan)Nya, (mengetahui asal-usul kejadian dan mengetahui tempat
kembali dengan butiran iman.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
الرعد – ٢٨
Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati (dzikrullah, adalah mengenali Keberadaan Al-Ghaybullah;
syarat mutlak disebut beriman adalah “yukminuuna bilGhaybi) menjadi
tenteram karena mengetahui cara dzikr.
Mereka inilah yang telah kembali, dan
bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai (karena keakuan dan ego wujud
diri, diaku pandainya, diaku bisanya, diaku pintarnya. Kemulian yang
diaku, kekuasaan yang diaku, kekuatan yang diaku, keagungan yang diaku,
merasa cukup, merasa telah paling benar dan merasa paling suci, ujub,
arogan, sombong, riya’, iri, dengki, sum’ah, ujub dan takabur), dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat (sebab tanpa tanpa Al-‘ilmu, tanpa
CahayaNya, tanpa Al-Huda, tanpa nadziron, menjadi gelap; memang, dunia
ini pada dasarnya gelap segelap dada tanpa cahayaNya sehingga
mengira-ngira, menafsir-nafsir, meraba-raba, selalu dalam prasangka,
sehingga dalam menjalani beragama dari jalan katanya (buku, sosmed,
media, seseorang tanpa hujah), menuju katanya, maka “perolehannya”
adalah katanya).
لَيْسَ
بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا
يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا
النّساء : ١٢٣
(Pahala dari Allah dan surga) itu
bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut
angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat
pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Ttd
Kyai Tanjung